Menganalisis Pesan dari Satu Buku Fiksi yang Dibaca
Buku fiksi merupakan buku atau karya sastra hasil imajinasi pengarang.
Setiap karya sastra, baik yang berupa puisi, prosa, maupun drama tentu memunyai
tujuan untuk menyampaikan suatu pelajaran atau nilai berharga kepada pendengar
atau pembacanya.
Kalian dapat membaca contoh cerita fiksi di sini: Selamanya Cinta
Kalian dapat membaca contoh cerita fiksi di sini: Selamanya Cinta
Salah satu karya sastra berbentuk prosa adalah cerpen. Terdapat banyak
sekali nilai yang dapat disampaikan melalui cerpen; baik kemanusiaan, moral,
budaya, sosial maupun nilai lainnya, misalnya menghormati orang lain,
memerhatikan orang-orang yang terpinggirkan, mencintai, flora dan fauna, dan
lain-lain.
Istilah sastra, pelajaran atau nilai yang ingin disampaikan oleh
pengarang kepada pendengar atau pembacanya itu disebut amanat. Amanat merupakan
salah satu unsur pokok yang membangun karya sastra dari dari dalam karya sastra
itu sendiri (unsur instrinsik).
Untuk mengetahui unsur apa saja yang terdapat dalam cerita fiksi, simaklah video berikut: Mengenali Unsur Pembangun Cerita Fiksi
Amanat adalah ajaran moral atau pesan yang ingin disampaikan oleh pengarang melalui karyanya. Karena itu, pesan moral tentu isinya berupa nilai-nilai yang baik sehingga pembaca bisa menjadikannya sebagai teladan atau contoh pembelajaran hidup. Biasanya, pesan atau amanat bisa ditelusuri melalui percakapan dan tindakan berbagai tokoh dalam cerita tersebut.
Nilai-nilai yang terkandung dalam suatu cerpen dapat dicari dan diidentifikasikan dari kalimat-kalimat yang dituliskan oleh penulis. Cara lain adalah dengan mencermati dialog antar tokoh yang ada dalam cerita, atau menyelesaikan masalah, dan lain-lain.
Pengarang biasanya menyuarakan pesan-pesan moral dan pesan lainnya melalui dialog atau pemikiran tokoh. Peran tokoh yang digunakan sebagai media biasanya adalah tokoh utama. Namun, karena cerpen jarang menggunakan tokoh tambahan, maka tokoh yang ada dalam cerita itulah tokoh utamanya.
Identifikasi nilai yang terkandung dalam cerpen juga bisa dilihat dari alurnya. Berdasarkan peristiwa-peristiwa yang menyusun alur, pembaca dapat menemukan secara implisit nilai-nilai yang ingin disampaikan oleh pengarang.
Macam-macam amanat:
Untuk mengetahui unsur apa saja yang terdapat dalam cerita fiksi, simaklah video berikut: Mengenali Unsur Pembangun Cerita Fiksi
Amanat adalah ajaran moral atau pesan yang ingin disampaikan oleh pengarang melalui karyanya. Karena itu, pesan moral tentu isinya berupa nilai-nilai yang baik sehingga pembaca bisa menjadikannya sebagai teladan atau contoh pembelajaran hidup. Biasanya, pesan atau amanat bisa ditelusuri melalui percakapan dan tindakan berbagai tokoh dalam cerita tersebut.
Nilai-nilai yang terkandung dalam suatu cerpen dapat dicari dan diidentifikasikan dari kalimat-kalimat yang dituliskan oleh penulis. Cara lain adalah dengan mencermati dialog antar tokoh yang ada dalam cerita, atau menyelesaikan masalah, dan lain-lain.
Pengarang biasanya menyuarakan pesan-pesan moral dan pesan lainnya melalui dialog atau pemikiran tokoh. Peran tokoh yang digunakan sebagai media biasanya adalah tokoh utama. Namun, karena cerpen jarang menggunakan tokoh tambahan, maka tokoh yang ada dalam cerita itulah tokoh utamanya.
Identifikasi nilai yang terkandung dalam cerpen juga bisa dilihat dari alurnya. Berdasarkan peristiwa-peristiwa yang menyusun alur, pembaca dapat menemukan secara implisit nilai-nilai yang ingin disampaikan oleh pengarang.
Macam-macam amanat:
1. Tersurat, diartikan sebagai amanat atau pesan yang
secara jelas atau eksplisit diuraikan dari kata-kata sebuah tulisan.
2. Tersirat, merupakan kebalikan dari amanat tersurat.
Amanat/ pesan yang secara sengaja tidak dijelaskan atau dijabarkan secara
tertulis di sebuah karya, tetapi pembaca dapat mengetahuinya melalui alur/jalan
cerita yang ada dalam tulisan tersebut. Sehingga amanat tersirat sifatnya
implisit atau tersembunyi.
Ciri-ciri amanat:
1. Secara implisit (tersirat), amanat disampaikan dengan cara memberikan ajaran moral atau
pesan dalam tingkah laku atau peristiwa yang terjadi pada tokoh menjelang
cerita berakhir.
2. Secara eksplisit (tersurat) yaitu dengan penyampaian seruan, saran,
peringatan, nasihat, anjuran, atau larangan yang berhubungan dengan gagasan utama cerita
Beberapa bentuk nilai-nilai sebagai
pesan/amanat cerpen yang dapat digunakan sebagai pembelajaran hidup, misalnya
nilai moral, budaya, sosial, religi/agama, dan lain-lain.
1. Nilai religius/keagamaan adalah sesuatu yang
berhubungan dengan kegiatan ibadah, kepercayaan, atau unsur keTuhanan.
2. Nilai moral adalah nilai yang berhubungan dengan
perbuatan baik atau buruk, etika, dan budi pekerti.
3. Nilai sosial adalah nilai yang berhubungan dengan
norma dalam kehidupan bermasyarakat, misalnya, suka menolong atau membantu.
4. Nilai budaya adalah sesuatu yang berhubungan dengan adat istiadat atau
kebiasaan-kebiasaan yang bernilai tinggi dalam kehidupan masyarakat.
5. Nilai estetika, Dra. Astini kusmiati mendefinisikan bahwa estetika
adalah kondisi yang berkaitan dengan sensasi keindahan yang dirasakan seseorang
tetapi rasa keindahan tersebut baru akan dirasakan apabila terjalin perpaduan
yang harmonis dari elemen elemen keindahan yang terkandung pada suatu objek.
Contoh nilai-nilai yang ditemukan dalam cerpen melalui pesan/amanatnya
sebagai berikut:
Kutipan
|
Nilai
|
Pesan/Amanat
|
“Walau apa katamu
terhadapku, walau kaucaci maki aku, kau kutuki aku, aku terima. Tapi, untuk
membiarkan Masri dan Arni hidup sebagai suami istri, padahal Tuhan
melarangnya, o...o...o..., itu telah melanggar prinsip hidup setiap orang
yang percaya pada-Nya. Kau memang telah berbuat sesuatu yang benar sebagai
ibu yang mau memelihara kebahagiaan anaknya. Tapi, ada lagi kebenaran yang
lebih mutlak yang tak bisa ditawar-tawar lagi, yakni kebenaran yang dikatakan
Tuhan dalam kitab-Nya. Prinsip hidup setiap orang yang menjunjung kebenaran
Tuhan.”
(Kemarau, A.A. Navis)
|
Nilai Religius
|
Setiap manusia harus
memegang prinsip sesuai dengan ajaran agama.
|
Pak, pohon pepaya di
pekaranganku telah dirobohkan dengan semena-mena. Tidakkah sepatutnya hal itu
kulaporkan? Itu benar, tapi jangan melebih-lebihkan. Ingat, yang harus
diutamakan ialah kerukunan kampung. Soal kecil yang dibesar-besarkan bisa
mengakibatkan kericuhan dalam kampung.
Setiap soal mesti diselesaikan dengan sebaik-baiknya. Tidak boleh main
seruduk. Masih ingatkah kau pada peristiwa Dullah dan Bidin tempo hari? Hanya
karena soal dua kilo beras, seorang kehilangan nyawa dan yang lain meringkuk
di penjara.
(Gerhana, Muhammad Ali)
|
Nilai Moral
|
Sebagai makhluk sosial
dan hidup bermasyarakat sebaiknya menghindari perbuatan membesar-besarkan
persoalan yang kecil sehingga berakibat fatal.
|
Jalan keluar yang lain,
menurut pikiran Badri, ialah kawin dengan seorang gadis yang punya pekerjaan.
Yang lebih baik ialah yang jadi pegawai negeri sebab pegawai negeri lebih
banyak memunyai keringanan tugas dibanding dengan pegwai swasta. Pegawai
negeri yang terbaik untuk dijadikan istri adalah Pendidik sekolah karena
terlatih dengan hidup yang sangat sederhana.
|
Nilai Sosial
|
Kriteria memilih gadis
yang tepat untuk dijadikan sebagai teman hidup (istri)
|
Di sinilah terjadi
perbuatan yang menyesatkan. Namun, Monang bertanggung jawab dan akan
mengawininya. Dan kenyataannya lain. Ibu Monang telah menjodohkannya dengan
gadis Batak pilihan ibunya. Monang sendiri tak kuasa menolaknya. Ia kawin
dengan gadis pilihan ibunya. Sementara itu, janin yang dikandung Manen
mengalami kelainan, bayi itu akan lahir cacat.
(Raumanen, Marianne Katoppo)
|
Nilai Budaya
|
Seorang laki-laki harus
memiliki prinsip tentang perjodohan, karena hal tersebut menyangkut
keberlangsungan rumah tangganya.
|
Penggalan teks cerpen dikutip dari buku Mandiri,
Bahasa Indonesia untuk SMA/MA Kelas XI, Erlangga)
Sebelum melanjutkan materi, kita simak dulu cerita menarik berikut:
Menyusun
Ulasan
Ulasan adalah tulisan kritis yang disusun berdasarkan
hasil penilaian, pengamatan, pertimbangan, dan pemeriksaan secara terperinci
terhadap suatu karya baik fiksi maupun nonfiksi seperti, buku, novel, puisi,
cerpen, film, musik, dan sebagainya.
Ulasan dalam pembelajaran bahasa Indonesia bertujuan
untuk menyajikan informasi menyeluruh tentang sebuah karya sastra juga
memengaruhi penikmat karya untuk memikirkan, merenungkan, dan mendiskusikan
lebih jauh tentang layak tidaknya sebuah karya sastra.
Ulasan juga dapat disebut review. Ulasan pada umumnya ditulis dalam bentuk narasi. Ulasan
berfungsi untuk menimbang, menilai, dan mengajukan kritik terhadap karya atau
peristiwa yang diulas.
Ciri-ciri
teks ulasan sebagai berikut.
1. Strukturnya terdiri dari orientasi,
tafsiran, evaluasi, dan rangkuman.
2. Berisi pandangan atau opini
penulis mengenai suatu hasil karya.
3. Opini yang ditulis berdasarkan
kenyataan atau fakta.
4. Teks ulasan disebut juga
ulasan.
Jenis Jenis Teks Ulasan
Berdasarkan isinya teks ulasan
dapat dibagi menjadi tiga.
1.
Teks
Ulasan Informatif
Teks ulasan informatif biasanya
berisi mengenai gambaran singkat, padat, dan umum suatu karya. Ulasan ini hanya
memaparkan bagian yang penting saja dan menekankan pada kelebihan dan
kekurangan sebuah karya yang diulas.
2.
Teks
Ulasan Deskriptif
Teks ulasan deskriptif berisi
gambaran terperinci pada tiap bagian suatu karya. Pada umumnya ulasan
deskriptif dilakukan pada karya fiksi untuk mendapatkan gambaran jelas tentang
manfaat, pentingnya informasi, dan kekuatan argumentatif yang dituangkan
penulis dalam membuat sebuah karya.
3.
Teks
Ulasan Kritis
Teks ulasan kritis merupakan teks
ulasan yang berisi tentang ulasan terperinci suatu karya sastra dengan mengacu
pada metode atau pendekatan ilmu pengetahuan tertentu. Teks ulasan ini dibuat
secara objektif dan kritis bukan pandangan pembuat ulasan tersebut.
Karakteristik Teks Ulasan
1.
Fungsi
Teks Ulasan
a)
Memberikan
informasi kepada pembaca tentang sudut pandang penulis terhadap suatu hasil
karya.
b)
Menginformasikan
kepada masyarakat tentang kelayakan yang dimiliki suatu hasil karya.
c)
Menginformasikan
kepada pembaca untuk mengetahui isi atau kritikan terhadap suatu hasil karya.
d)
Menginformasikan
kelebihan dan kekurangan suatu hasil karya.
e)
Menginformasikan
kepada pembaca perbandingan sebuah karya dengan karya lain yang sejenis.
f)
Mengajak
pembaca berdiskusi mengenai masalah yang terdapat dalam suatu hasil karya.
g)
Menyampaiakan
saran kepada pembaca apakah suatu hasil karya pantas untuk dinikmati atau
tidak.
h)
Agar
pembaca mudah untuk memahami hubungan antara suatu hasil karya dengan karya
lain yang sejenis.
i)
Sebagai
pertimbangan bagi para pembaca agar tidak salah dalam membeli suatu hasil
karya.
2.
Struktur
Teks Ulasan
Berikut
ini adalah bagian-bagian yang terdapat dalam teks ulasan:
a)
Orientasi
Bagian orientasi merupakan bagian
pertama dalam teks ulasan. Pada bagian ini, terdapat gambaran umum tentang suatu hasil karya, baik itu film, buku,
ataupun drama. Dengan kata lain, penulis teks ulasan berusaha menyampaikan
sedikit latar belakang tentang apa yang akan dibahas kepada pembaca.
b)
Tafsiran
Setelah bagian orientasi,
berikutnya adalah bagian tafsiran. Pada bagian ini, sebuah hasil karya akan dibahas secara terperinci (detail).
Mulai dari bagian-bagiannya, kelebihan, kekurangan, kualitas karya, dan lain
sebagainya.
c) Evaluasi
Evaluasi berisi
pandangan dari pengulas mengenai
produk barang maupun jasa, karya, atau kegiatan yang diulas. Hal ini dilakukan
setelah melakukan tafsiran yang cukup terhadap hasil karya tersebut. Pada
bagian ini akan disebutkan bagian yang bernilai (kelebihan) atau bagian yang
kurang bernilai (kekurangan) dari suatu produk barang maupun jasa, karya, atau
kegiatan yang diulas..
d) Rangkuman
Rangkuman berisi
kesimpulan dari ulasan terhadap
produk barang maupun jasa, karya, atau kegiatan yang diulas. Bagian ini juga
memuat komentar penulis apakah hasil karya tersebut bernilai/berkualitas untuk
dibeli, digunakan, dinikmati, dibaca, atau ditonton/disaksikan. Kemunculan
bagian rangkuman ini dalam teks ulasan bersifat opsional.
3. Kaidah
Kebahasaan Teks Ulasan
Kaidah
kebahasaan teks ulasan adalah sebagai berikut:
a)
Isi teks ulasan umumnya menonjolkan unsur-unsur karya seni.
b)
Menggunakan kalimat opini, yang sifatnya persuasif atau
menghasut orang.
c)
Menggunakan kalimat perbandingan, mengungkapkan persamaan dan
juga perbedaan. Contoh: daripada, sebagaimana, demikian halnya, berbeda dengan,
seperti, seperti halnya, serupa dengan, dan sebagainya.
d)
Menggunakan kata kerja material dan kata kerja rasional.
1)
Kata kerja material,
yaitu kata kerja yang menyatakan kegiatan fisik/proses. contoh: berbicara,
mendengarkan, membaca, menulis, berdiskusi, dan lainnya.
2)
Kata kerja rasional kopulatif, yaitu kata kerja yang
berfungsi menggabungkan kata dan kalimat setara. Contoh bernama, disebut,
jadi/menjadi, meruapakan, adalah, ialah, yaitu, yakni, dan sebagainya.
3)
Kata kerja rasional, yaitu kata kerja yang berfungsi sebagai
kata bantu. Contoh: jadi, mungkin, boleh, harap, bisa, hendak/ingin/mau/akan,
dapat/bisa, ada, dan lainnya.
e)
Menggunakan kata penghubung (konjungsi), baik itu konjungsi
internal dan konjungsi eksternal.
1)
Konjungsi internal (intrakalimat), konjungsi yang
menghubungkan dua argumen/gagasan/ide dalam kalimat simpleks atau dua kelompok
klausa.
·
Penambahan/kesejajaran, contoh: dan, atau, serta.
·
Menyatakan waktu, contoh: setelah, sesudah, ketika, saat.
·
Menyatakan perbandingan, contoh: tetapi, melainkan,
sedangkan, tidak hanya, tetapi juga, bukan saja/hanya...., melainkan juga....
·
Menyatakan sebab-akibat, contoh: sebab, akibat, sehingga,
jika, karena, apabila, bilamana, jikalau.
2)
Konjungsi
eksternal (antarkalimat), konjungsi yang menghubungkan dua peristiwa/deskripsi
hal/benda dalam kalimat kompleks atau 2 kalimat simpleks.konjungsi ini juga
dibedakan atas 4 kategori makna hubungan.
·
Penambahan/kesejajaran,
yaitu konjungsi lebih lanjut, di samping itu, selain itu;
·
Menyatakan
waktu/temporal, yaitu pertama, kedua, ketiga, mula-mula, lalu, kemudian,
berikutnya, selanjutnya, akhirnya ;
·
Menyatakan
perbandingan, yaitu sebaliknya, akan tetapi, sementara itu, di sisi lain,
namun, namun demikian, walaupun demikian/begitu, dan sebagainya ;
·
Menyatakan
sebab-akibat, yaitu oleh karena itu, akibatnya, hasilnya, jadi, sebagai akibat,
maka, dan sebagainya. Terdapat 4 kategori makna hubungan.
Langkah-langkah membuat ulasan pesan sebagai berikut.
1. Membaca
teks
2. Mengidentifikasi
jenis teks
3. Menentukan
amanat yang disampaikan
No comments:
Post a Comment